Kacamata Gen Z terhadap Bisnis Direct Selling/MLM di Indonesia
Jumat, 9 Mei 2025 pukul 00.00
Administrator
Kacamata Gen Z terhadap Bisnis Direct Selling/MLM di Indonesia
Kacamata Gen Z terhadap Bisnis Direct Selling/MLM di Indonesia

Generasi Z kini memasuki dunia kerja dan wirausaha dengan cara pandang yang unik, termasuk dalam menilai bisnis MLM di Indonesia. Di tahun 2025, muncul pertanyaan: apakah model bisnis multilevel marketing (MLM) atau direct selling masih menarik bagi Gen Z sebagai peluang bisnis anak muda? Artikel ini akan membahas tren terkini minat Gen Z terhadap MLM, faktor pendorong dan penghambat partisipasi mereka, persepsi Gen Z terhadap reputasi MLM, perbandingan dengan model bisnis lain yang populer, serta tips praktis bagi Gen Z yang ingin terjun ke direct selling secara etis dan legal.

Faktor Pendorong Partisipasi Gen Z dalam Bisnis MLM

Beberapa faktor dapat mendorong Gen Z untuk terjun ke bisnis MLM atau direct selling, antara lain:

  1. Fleksibilitas Waktu dan Kerja: Gen Z menghargai fleksibilitas dan kebebasan kerja. MLM yang memungkinkan pengaturan waktu sendiri dan bekerja dari mana saja berpotensi menarik bagi mereka, apalagi survei global menunjukkan 62% Gen Z mengutamakan pekerjaan yang fleksibel dalam karier mereka. Direct selling dapat dijadikan side hustle di sela pendidikan atau pekerjaan lain.
  2. Modal Awal Rendah: Berbeda dengan mendirikan usaha konvensional, bergabung dengan MLM umumnya membutuhkan modal pendaftaran yang relatif kecil. Hal ini sejalan dengan preferensi Gen Z yang ingin memulai bisnis tanpa beban modal besar. Mirip dengan model dropship, MLM dianggap salah satu cara memulai bisnis dengan risiko finansial minim dibanding membuka toko fisik.
  3. Komunitas dan Pelatihan: Banyak perusahaan MLM menawarkan komunitas, pelatihan pengembangan diri, dan mentoring. Bagi Gen Z yang haus pengalaman dan networking, dukungan komunitas ini bisa menjadi daya tarik. Mereka dapat belajar soft skill seperti public speaking, penjualan, dan kepemimpinan melalui jaringan MLM. Selama program pelatihan yang ditawarkan relevan dengan gaya belajar anak muda, hal ini dapat memotivasi mereka.
  4. Potensi Penghasilan Tambahan: Di tengah biaya hidup yang meningkat, Gen Z kerap mencari sumber pendapatan tambahan. MLM menjanjikan peluang komisi penjualan produk dan bonus jaringan. Selama mereka realistis dan tekun, direct selling bisa menjadi jalan mendapatkan penghasilan ekstra secara mandiri. Survei Nielsen pun menunjukkan 54% Gen Z ingin memiliki bisnis sendiri, sehingga model MLM dapat dilihat sebagai salah satu jalan berwirausaha tanpa harus merintis brand baru dari nol.

Tips Berbisnis Direct Selling secara Etis dan Legal bagi Gen Z

Jika Anda adalah Gen Z yang tertarik menjajal direct selling sebagai peluang bisnis anak muda, penting untuk melangkah dengan hati-hati dan etika. Berikut beberapa tips praktis agar sukses dan aman berbisnis MLM:

  1. Cek Legalitas Perusahaan: Pastikan perusahaan MLM yang Anda ikuti memiliki izin resmi (SIUPL) dan terdaftar di APLI. Izin SIUPL (Surat Izin Usaha Penjualan Langsung) merupakan salah satu ciri MLM yang sehat dan legal di Indonesia. Hindari bergabung dengan skema yang tidak jelas legalitasnya, karena rentan bermasalah di kemudian hari.
  2. Pelajari Produk dan Nilai Perusahaan: Sebelum bergabung, kenali produk yang dijual dan visi misi perusahaan. Pilihlah MLM dengan produk yang memang Anda percaya kualitasnya dan mungkin Anda gunakan sendiri. Gen Z menghargai keaslian, jadi akan lebih mudah memasarkan produk yang sesuai dengan gaya hidup atau nilai Anda (misal produk ramah lingkungan atau mendukung gaya hidup sehat). Jika Anda sendiri antusias dengan produknya, calon pelanggan pun lebih percaya.
  3. Waspadai Janji “Cepat Kaya”: Jangan tergiur dengan iming-iming hasil instan. MLM yang etis biasanya tidak menjanjikan kaya mendadak tanpa usaha – justru menekankan proses, kerja keras, dan pembelajaran. Bila dalam presentasi bisnis terdengar janji bonus bombastis dalam waktu singkat, itu tanda untuk skeptis. Tetapkan ekspektasi realistis dan siapkan diri untuk membangun bisnis secara bertahap.
  4. Utamakan Etika dalam Rekrutmen dan Penjualan: Saat menjalankan direct selling, lakukan dengan cara yang jujur dan profesional. Jangan memaksa atau menipu prospek. Bangun hubungan berdasarkan kepercayaan, bukan sekadar mengejar kuota. Hindari overselling atau klaim berlebihan tentang produk. Reputasi sangat penting, apalagi di era media sosial di mana testimoni negatif mudah tersebar. Jaga nama baik Anda sebagai penjual dengan selalu mengedukasi pelanggan secara benar tentang manfaat produk dan risiko yang ada.
  5. Manfaatkan Media Sosial secara Positif: Gen Z memiliki keunggulan dalam hal digital marketing. Gunakan platform seperti Instagram, TikTok, atau WhatsApp secara bijak untuk mempromosikan produk. Ciptakan konten yang informatif atau inspiratif (misalnya review jujur, tips penggunaan produk, atau kisah sukses yang realistis) alih-alih hanya spam promosi. Dengan strategi konten yang tepat, Anda bisa menarik minat pembeli tanpa terkesan agresif. Ingat, personal branding Anda di media sosial akan berdampak langsung pada kepercayaan jaringan Anda.
  6. Terus Belajar dan Kembangkan Diri: Anggaplah pengalaman di MLM sebagai ajang belajar berwirausaha. Ikuti training yang disediakan perusahaan, baca buku bisnis, atau bergabung dengan komunitas positif. Asah keterampilan penjualan, komunikasi, dan manajemen waktu Anda. Generasi Z dikenal cepat beradaptasi, maka gunakan keahlian teknologi dan kreativitas Anda untuk berinovasi dalam memasarkan produk. Semakin Anda kompeten, semakin besar peluang sukses jangka panjang, baik di MLM maupun karier wirausaha lain nantinya.

Kesimpulannya, Gen Z memiliki sudut pandang tersendiri terhadap bisnis MLM/direct selling di Indonesia tahun 2025., Namun tak sedikit yang masih melihat peluang asal model bisnisnya bertransformasi mengikuti zaman. Bagi Gen Z, direct selling bisa menjadi salah satu opsi peluang bisnis anak muda yang fleksibel dan potensial, berdampingan dengan berbagai alternatif bisnis digital lainnya. Kuncinya adalah memilih perusahaan yang tepat, menjalankannya secara etis, dan memastikan pendekatan bisnis sejalan dengan nilai serta gaya generasi muda. Dengan demikian, “kacamata” Gen Z terhadap MLM bisa berubah lebih positif – bahwa direct selling pun dapat relevan di era digital asalkan dijalankan dengan transparansi, kreativitas, dan integritas..